Kapan Kau Menikah?

Tangan gw udah gatel banget dari kemarenan mau nulis ini. Bukan karena gw panik ditanya pertanyaan seperti itu, tapi lebih ke respon apa yang akan gw berikan setiap kali pertanyaan itu muncul. Takut?! Nggak sama sekali. Bingung?! Kenapa harus bingung kalo memang belum ada arah kesana? Mikir kapan nikahnya?! Of course. Yang punya pacar aja galau belon dilamar, apalagi muda-mudi di luar sana yang masih menyandang status lajang? *ngomong sama tempayan*. Sepertinya gw pernah ngebahas ini sekitar setahun yang lalu. Tapi lebih ke resolusi entah untuk tahun berapa *pasangan aja belum ada, yaamplop!*. Tapi entah kenapa pertanyaan ini menguap kembali sehubungan dengan wafatnya Ayah beberapa hari yang lalu. Gw jadi recall pertanyaan yang selalu dilontarkan Alm. Ayah setahun kemarin. 

“Nadya.. Kapan nih acara besar selanjutnya?” 

“Nadya.. Mana pasangannya? Kok nggak ikut?” 

Kira-kira dua pertanyaan ini yang selalu dilontarkan Alm. Ayah setiap kali gw mengunjunginya. Kalo dulu masih cengengesan jawabnya, sekarang kalo inget lagi jadi pengen mewek. Ini adalah permintaan terakhir Ayah yang belum sempat gw penuhi. Ayah belum sempat ngeliat gw dipersunting kekasih dunia akhirat idaman pilihan dari Allah. But you’ll be watching from above ya Ayah 🙂 

Beberapa hari yang lalu sempet nemenin Bapak pergi, tiba-tiba di tengah perjalanan Bapak bertanya, 

“Nak, perbincangan ini jangan diseriusin yah, santai aja gitu. Bapak cuma mau nanya.. Target nikah umur berapa?!” 

*TRAK DUNG DUNG BREK

*TERBUJUR KAKU

*MENDADAK GAGU

*DAN AKHIRNYA BUKA MULUT..

“Hmm, waktu masih 17 kemarin sih pengennya umur 25 sudah berkeluarga.” 

“Berarti tahun 2013 yah?!” 

“Yaa kurang lebih begitu.. Emang kenapa?” 

“Ya nggak papa. Tapi kalo sekarang maunya nikah umur berapa?!” 

“Hmm, sebenernya masih sama, cuma yah berpatokan sama keadaan sekarang kayaknya menikah itu ya ngalir aja. Aku nggak mau menikah semata-mata karena umurku sudah lewat masanya. Aku mau menikah ketika aku dan calon suamiku siap. Nggak bisa aku nggak siap, dia-nya siap, atau malah sebaliknya. Bapak pasti ngerti prosesnya seperti apa kan? Nanti pasti ada waktunya, semua udah ada jalannya masing-masing, insya Allah.. Nggak usah khawatir ya Pak..” 

“Tapi pasti ada target dong?!” 

“Ya ada, sebelum umur ‘sekian’ insya Allah, insya Allah..” 

“Tahun 2014 aja yah kalo gitu..” 

*DUNG DUNG TRAK TAK TAK TAK TAK.. CESSS..

Udah diskusi berharap ada toleransi waktu, ujung-ujungnya dibandrol juga 😯 

Sehabis acara tahlil harian untuk Ayah tadi malam, Ibu sama para tante lagi ngumpul. Sekilas pembicaraan mereka berkutat di dunia rumah tangga *memantau dari jauh*. Tapi tanpa disengaja topik pembicaraan pun berubah begitu gw bergabung. Emang nggak disengaja sih kalo menurut gw, cuma ya kok pas bener gitu loh? Hahahaha.. Ceritanya lagi ngebahas sodara yang kebetulan lebih muda dan punya pacar, seems like deeply in love for each other, tapi nggak sepenuhnya dikasih ijin sama orangtuanya. Hihihi, I’ve been there di jaman SD, tahun-tahun berikutnya nggak pernah dibahas sampai akhirnya pada gerah kenapa gw terlihat tidak memiliki pasangan. Ya kalo nggak punya terus kenapa? 😯 

Anyway singkat cerita, si tante juga sadar anaknya sudah beranjak dewasa. Sudah mengenal cinta dan kalo dari sependengaran gw, sepupu ini nggak main-main dalam memilih pasangan. Bagus yah dek, kecil-kecil udah pinter pilih pasangan :D. Om gw yang masih parno takut anaknya nggak kelar sekolah atau terlalu terlena sama cinta pun dihadapkan dengan beberapa kemungkinan menyangkut anaknya ini. Apa jadinya kalo di tengah masa sekolah nanti, anaknya dipersunting? Atau apa jadinya tepat selepas sekolah nanti, anaknya menikah? Tentunya semua kemungkinan itu didasarkan pada syarat dan ketentuan berlaku *udah kayak apply credit card yah..*. Memang kita yang berencana dan menjalankan, tapi Tuhan yang punya kuasa. Om dan tante gw ini harus siap dengan segala kemungkinan itu. 

Dan akhirnya kisah sodara ini diimplementasikan ke gw. Menurut mereka *termasuk Ibu*, umur gw sudah tepat banget nih gandeng-gandeng calon pendamping masa depan, tinggal diresmiin aja gitu maksudnya. Nggak usah lama-lama deh, langsung kawin aja gitu. Enak banget yak kalo ngomong. Kawin mah dari jaman Nabi Adam juga gampang. Gampang kalo ada pasangannya. Betul kan? Nah, kalo belum ada? And I told them few things about me being in a relationship. It’s not easy for me to get excited with guys whose into me. Semakin kesini gw pun semakin selektif. Kalo nggak nyambung, jangan harap gw bisa tertarik. If I’m being nice to you, it doesn’t always mean I’m into you. Maybe I just respect the friendship. But if it comes to love, you just know. It’s a common thing girls will definitely show. 

Bohong kalo gw nggak pernah iri sama teman-teman yang sudah berpasangan *atau mungkin berkeluarga*, bahkan sodara gw yang lebih muda pun terlihat bahagia dengan pasangannya. Tapi, gw selalu yakin bahwa Tuhan itu maha adil. Semua ada masanya dan masa itu akan indah pada waktunya nanti. Maybe not now, maybe soon, maybe later. But there will come the time. So, enjoy aja, mengutip tagline rokok anak muda jaman sekarang. Selagi mengalor ngidul sendiri, mari menikmati sisa waktu kesendirian ini 😀 

Jadi, kapan gw menikah? Tanggal sama bulannya udah ada, tinggal tahun sama pasangannya aja yang belum. Hehehehehehe.. If I have a serious answer, it will be, 

“Gw akan menikah, dengan orang yang tepat, di waktu yang tepat, direstui Allah SWT, keluarga dan juga kerabat.. Insya Allah..” 

Pokoknya kalo ada yang nanya, gitu aja yah jawabnya 😀

15 thoughts on “Kapan Kau Menikah?

  1. gue jadi inget kalimat di sebuah buku *yang kalo ga salah sih cintapuccino* dan kata2 ini selalu gue inget : gue ga mau gue nikah nanti karena undangan udah jadi, gedung udah dipesen, atau keluarga udah pada tau. gue mau nikah karena emang udah siap.
    *dan ngebahas ginian ga cukup di comment blog. i'm gonna make my own post.! hahahaha..

  2. Why less excited?
    Awalnya pun gw juga excited, cuma makin kesini makin apa yah namanya, jenuh kali yah *apalagi kalo dibahas keluarga*. 'Pemandangan' jadi makin silau begitu ngeliat temen2 seangkatan akan berumah tangga atau sudah berumah tangga. Then I started to look down on myself, padahal emang belum waktunya.

    Your happy moments will come sooner or later. Just embrace those moments you have now. Cheer up, Sel 😀

Leave a reply to Dania Adela Cancel reply